Diet Pantang Sebulan

Hari ini saya tidak berbagi resep atau info tentang makanan maupun info tentang dapur. Hari ini saya mau curhat lagi. Boleh ya? Boleh dong! Hehehe.

Sudah pada tahukan kalau saya selama ini (sejak Juli tahun ini) menulis di Dapur Ima sambil berbaring karena belum bisa duduk lama? Mungkin ada yang berkata, mengapa saya diam saja di rumah dan tidak periksa ke dokter lagi?


Saya bukannya tidak mau periksa ke dokter, hanya saja saya kan butuh dukungan keluarga untuk melakukan itu semua. Periksa ke dokter butuh biaya meskipun saya punya BPJS. Juga butuh pendamping yang akan menemani saya pergi periksa karena saya tidak mungkin pergi sendirian.

Kakak saya, Adil, sudah berulang kali menyarankan saya periksa ke dokter. Bahkan sebelum kondisi saya memburuk lagi seperti sekarang. Tapi bapak saya selalu berkata nanti saja. Tunggu saja, mungkin proses penyembuhan saya memang lama dibandingkan orang lain. Saya hanya bisa mendengarkan dan tidak berkata apa-apa mendengar itu semua.

Akhir bulan Agustus lalu, Bapak saya membawa pulang sebuah selebaran yang berisi iklan tentang Rumah Sakit Herbal. Beliau meminta pendapat saya dan kakak saya tentang itu. Dari pembicaraan tersebut saya pun mengetahui mengapa bapak saya terkesan diam dan lebih memilih membeli obat sendiri serta mencarikan dukun untuk saya, padahal setahu saya, beliau tidak begitu menyukai perdukunan. Beliau mengaku trauma pada medis meskipun beliau sendiri pensiunan mantri kesehatan disebabkan kesalahan diagnosa mengenai penyakit saya tempo hari.

Singkat kata, Minggu kemarin saya pun dibawa ke Rumah Sakit Herbal tersebut. Sewaktu pergi, saya jalan sambil membungkuk memegangi lutut karena saya tidak bisa berdiri tegak. Ketika pulang dari Rumah Sakit Herbal, saya sudah bisa berdiri meski masih sedikit bungkuk dan berjalan pincang. Alhamdulillah, setelah diurut di Rumah Sakit Herbal, kondisi saya membaik.

Senin pagi, bapak saya kembali ke RS. Herbal untuk mengambil obat saya. Saya akan menjalani pengobatan selama sebulan dan terapi setiap minggu. Selama pengobatan, saya harus bisa menghindari pantangan makanan yang diberikan. Saat membaca daftar makanan yang pantang untuk saya konsumsi itu, saya merasa gimanaaaa gitu. Yah, memang butuh perjuangan untuk sembuh dan saya harus bisa melaluinya karena saya ingin sembuh.

Sebulan ke depan, terhitung sejak Senin, 19 September 2016, saya harus bisa menahan diri untuk tidak makan semua jenis makanan favorit saya, seperti: pisang goreng, abon sapi, kue-kue yang berlemak dan mengandung telur, kacang-kacangan, ikan asin, lemak-lemak dan yang lainnya. Itu semua demi kesembuhan saya. Lagian kan cuma sebulan bukan untuk selamanya, masa saya tidak bisa? Pasti bisa!

Mohon doanya ya teman-teman. Semoga Tuhan memberkati pengobatan saya ini, serta memberikan kesembuhan untuk saya. Aamiin. Terimakasih. ^_^

Komentar

  1. hmmm yang sabar ya mba... cuma sebulan kok.. tidak lama.. pasti bisa..semangat mba Ima..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mba. Saya pasti dan harus bisa.

      Terimakasih banyak, mba Monic atas waktunya, dukungan, perhatian dan doanya. Peluk cium buat mba Monic.

      Hapus

Posting Komentar

Terimakasih banyak telah berkunjung dan membaca tulisan di Dapur Ima, semoga bermanfaat. Khusus bagi komentar yang tidak sesuai dengan topik, mohon maaf karena saya akan menghapusnya.

Paling Banyak Dibaca

Baking Powder dan Baking Soda