Elpiji Subsidi dan Non-subsidi

Tabung gas cadangan

Hai semuanya...
Hari ini, seperti biasa saya belum berbagi resep dulu tapi akan berbagi informasi seputar dapur, yaitu tentang LPG atau lebih sering dilafalkan dengan elpiji.

Pembaca Dapur Ima sudah tahu kan kalau awal bulan Juli 2018 ini, PT. Pertamina sedang uji pasar elpiji 3 kilogram non-subsidi?

Menurut sumber yang saya baca, uji pasar ini dilakukan di wilayah Jakarta dan Surabaya, khususnya bagi kalangan menengah ke atas. Uji pasar biasanya dilakukan secara bertahap atau lebih dari dua bulan untuk mengukur minat masyarakat terhadap gas non-subsidi tersebut.

Harganya belum ditentukan secara pasti, ada yang bilang Rp. 33.000,- dan ada juga yang bilang harganya di atas Rp. 35.000,-.

Untuk membedakan elpiji subsidi dengan non-subsidi, bisa dilihat dari warna dan tambahan tulisan yang tertera pada tabung elpiji. Kira-kira warnanya apa ya? Yang 5,5 kg kan berwarna pink. Yang itu saja saya belum pernah melihatnya. Apa sudah dipasarkan di Sulawesi Barat atau belum, saya juga tidak tahu.

Nah, sekarang yang menjadi masalah adalah adanya berbagai persepsi atau tanggapan masyarakat tentang elpiji subsidi dengan non-subsidi tersebut juga sulitnya meluruskan asumsi masyarakat tentang elpiji subsidi dengan non-subsidi.

Keluarga saya bukanlah keluarga orang kaya, tapi saya juga tahu kalau kami bukanlah orang miskin. Miskin itu, menurut KBBI artinya adalah tidak berharta; serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah).

Saya sendiri sebenarnya orang miskin. Tapi bersyukur karena Allah memberikan saya keluarga yang bisa memenuhi kebutuhan saya sehari-hari lebih dari cukup, juga diberi banyak kerabat yang baik dan murah hati. Lho! Ini kok malah curhat?

Jadi, yang berhak membeli dan mempunyai elpiji 3 kilogram subsidi adalah masyarakat miskin. Kami masih menggunakannya di rumah dengan alasan lebih praktis dan lebih mudah ditukar di warung dekat rumah saat gasnya habis. Kan ribet tuh kalau sementara masak, gas tiba-tiba habis. Iya, kalau punya tabung gas cadangan. Kalau tidak bagaimana?

Jika esok atau lusa, ada elpiji non-subsidi 3 kg dijual di warung dekat rumah, maka kami harus membelinya. HARUS! Agar elpiji subsidi menjadi lebih tepat sasaran.

Masa bisa beli pulsa buat internetan tiap bulan atau bisa beli ini dan itu, tapi giliran beli gas maunya beli gas subsidi? Yang bisa beli pulsa internetan tiap bulan (apalagi bukan untuk usaha/bisnis) itu artinya bukan orang miskin.

Mari menjadi warga negara yang baik dan benar!

Waduh! Kok jadi emosi begini ya saya menulis hari ini? Lagi PMS ya, Bu? Heheheh.

Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya bila ada pihak yang merasa kurang berkenan membaca tulisan saya kali ini. Saya sama sekali tidak berniat untuk melukai hati siapapun dengan tulisan saya ini.

Semoga apa yang saya tuliskan hari ini bermanfaat bagi kita semua.

Salam Damai,
Dapur Ima

Komentar

  1. sekarang dirumah masih pake kayu bakar karena gas susah didapat he he daripada mongei wuluh mappikir hai

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dini naua tobandi, luluare'. Tapi seringnya pakai kompor gas, apalagi kalau saya yang masak apa' andiangi uissang sibali-bali aju anna' benu. Mangallo tomi ulu mattuei tulilling. Ya' siruamo.

      Hapus
    2. kalau urusan dapur masih menggunakan kayu berarti bisa lebih hemat tuh Mas, saya kemaren waktu mudik ke kampung nenek di Jawa Tengah masaknya juga masih menggunakan kayu , sempat ketawa sih...masa dijaman semaju ini masih saja ada yang memasak menggunakan kayu, trus LPG nya gimana...?

      Hapus
    3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    4. iya ya...Mbak biarpun pake kayu tetap beli pake uang ya,,,,? coba pake daun,,,,

      Hapus
    5. Alhamdulillah samping rumah ada somel tempat penggilingan dan pengolahan kayu mentah jadi , kulitnya dan kayu terbuangnya lebih dari cukup gratis pula , mantap

      Hapus
    6. Waduh! Saat cek komentar, komen saya tak sengaja terhapus. Masa iya saya komen lagi?

      Hehehe...
      Kebayang tuh bakalan banyak pohon yang gundul bila daunnya dijadikan pengganti uang, Mas.

      Wah. Mantap tongang, luluare'.
      Dulu di depan rumah juga ada somel. Tapi mendolomi to anu.

      Hapus
  2. Wah mb Sitti pinter nih tulisannya melebihi ibu rumah tangga. Diriku yang emak-emak malah kurang update sama LPG padahal tiap hari memakainya hihihi....Top deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Rina bisa aja nih mujinya, heheheh.

      Kan belum bisa masak-masak tuh. Tapi pengen ngeblog. Jadi cari bahan deh buat ngeblog. Gitu, Mbak.

      Hapus
  3. Kunjungan perdana. Saya masih pakai 3kg yang subsidi dan baru tau kalo gas non-subsidi mau diluncurkan. Di rumah ada tabung gas 12kg, tapi jarang banget yang jual, akhirnya nganggur gitu bae dah tuh tabung gasnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Mas Hendra. Terimakasih atas kunjungannya.

      Kalau di sini ada penjual tabung gas 12kg, Mas. Tapi tempatnya jauh dari rumah dan harus minta tolong orang untuk mengangkatnya. Belum lagi Mama saya juga bilang gini "orang yang kaya saja pakai yang 3kg, mengapa kita harus pakai yang 12kg?". Aduh!

      Hapus
  4. Wrkop saya juga masih pakai Gas LPG subsidi mbak ima. Oh iya biar saat masak gak kehabisan gas, lebih baik dikasih alat pengukur mbak, jadi saat mau habis sudah dapat antisipasi, atau ditukar terlebih dahulu. Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah! Mas Wafa punya warkop toh? Keren deh.

      Menurut saya kalau untuk jualan nggak masalah, mas. Kan biar harga jualan kita bisa lebih terjangkau.

      Hapus
  5. saya dulu memakai elpiji ini
    tapi karena sering ada kendala, jadi beralih ke merk lain yang harganya 99k

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maksudnya yang mana, Mas? Yang 5,5 kg ya?

      Hapus
  6. Kadang ada juga saya temukan, barang bersubsidi di pakai buat usaha

    BalasHapus
  7. Aduh! Saya jadi tidak tahu mau komentar apa.

    BalasHapus
  8. saya malah belum ngeh sama elpiji yang subsidi dan non-subsidi. kayaknya emang belum semua warung di berlakukan sistem demikian. apa saya yang kurang update. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas Masandi tinggal di Jakarta kan ya? Mungkin tempat tinggalnya Mas Masandi bukan yang jadi target uji pasar.

      Hapus
  9. Dikotaku penggunaan tabung gas elpiji 12 kg berwarna pink sudah disosialisakan untuk semua warga,kak.
    Jadi tabung gas ukuran kecil sekarang sulit ditemui.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin itu yang membuat banyak masyarakat khawatir kalau LPG subsidi mau dihilangkan. Tapi semoga saja tidak demikian. Intinya, kita harus menggunakan LPG sesuai kemampuan kita.

      Hapus
    2. Iya, betul kak.
      Semestinya tabung gas 3 kg jangan ditiadakan.
      Hanya saja pendistribusiannya selanjutnya diperketat, misalnya tidak digunakan untuk resto besar.

      Hapus
    3. Iya, semoga benar demikian.

      Hapus
  10. Cuma sering liat di Warung di jakarta tapi belum pernah gunain, maklum anak kos mah beli saja masakan jadi aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Laki-laki biasanya begitu, lebih praktis juga kan kalau beli jadi. Meskipun tidak semua laki-laki seperti itu terutama yang suka masak.

      Hapus
    2. Iyaa kak, lebih praktis dan gak capek, haha

      Hapus
  11. sekarang sudah jamannya gasnya elpiji iya. iya bener juga sih, sekarang yang subsidi an sudah pada tidak tepat sasaran, makanya langka gasnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mas Septian. Bahkan dibeberapa tempat sudah menggunakan pipa gas LPG, bukan tabung.

      Hapus
  12. Kami msh pakai elpiji yg disubsidi hehehe..
    Tapi yg non subsidi kayakya blum pernah liat deh...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama, Mas. Di rumah juga gitu. Soalnya ribet mau beli yang 12 kg.

      Hapus
  13. Soal gas ukuran dari 12kg kebawah, dirumah saya tersedia. Untuk gas non subsidi 3 kg, masih dalam tahap wacana dan ujian. Seandainya benar-benar nanti dikeluarkan, harga sampai konsumen bisa berkisar 45 ribuan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mas Bumi distributor LPG ya?

      Menurut saya harga segitu tidak masalah, Mas. Yang penting LPJ subsidi tetap ada buat rakyat miskin, bukannya menghilang dari peredaran.

      Hapus

Posting Komentar

Terimakasih banyak telah berkunjung dan membaca tulisan di Dapur Ima, semoga bermanfaat. Khusus bagi komentar yang tidak sesuai dengan topik, mohon maaf karena saya akan menghapusnya.

Paling Banyak Dibaca

Baking Powder dan Baking Soda